Sebelum saya membahas
tentang bagaimana cara dalam mengatasi Fraud
dalam laporan keuangan, perlu kita ketahui sebenarnya fraud itu apa sih??
Nah, menurut ahli misalnya Joseph Wells, pendiri dan ketua
dari ACFE mendefinisikan fraud
sebagai hal – hal yang mencakup semua jenis kejahatan untuk mendapatkan sesuatu
yang menggunakan penipuan atau kecurangan sebagai modus utama operasinya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fraud adalah tindakan yang bertujuan
untuk menguntungkan diri sendiri maupun pihak tertentu dengan berbagai cara
yang tidak benar.
Dalam laporan keuangan, tentu banyak sekali fraud atau kecurangan yang terjadi dalam
prakteknya. Tujuan
jangka pendek perusahaan adalah memaksimalkan laba, yaitu dengan cara meningkatkan pendapatan atau menekan
biaya/kewajiban. Atas dasar inilah perusahaan
ingin terlihat mempunyai kinerja yang baik. Kecurigaan fraud atas laporan keuangan dapat dibangun dari dasar tersebut.
Dengan kata lain, motif untuk melakukan fraud berasal dari internal perusahaan.
Menurut Ferdian & Na’im (2006), kecurangan
dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan yang disaajikan berikut ini:
1.
Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya
yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2.
Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan, peristiwa, transaksi
atau informasi lain yang signifikan.
3.
Salah penerapan secara sengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapannya.
Fraud dalam pelaporan keuangan biasanya juga
berbentuk salah saji atau kelalaian yang disengaja baik dalam jumlah maupun
pengungkapan pos-pos dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan pemakai
informasi laporan keuangan tersebut.
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan auditor dalam mendeteksi fraud adalah
sebagai
berikut:
1.
Bagaimana auditor dapat berkomunikasi dengan efektif sehingga pihak klien lebih
termotivasi untuk menyumbangkan informasi tentang fraud. Dengan perkataan lain,
diskusi ini merupakan langkah awal bagaimana auditor mendapatkan informasi
mengenai fraud.
2.
Auditor menerapkan unsur unpredictability (tidak dapat ditebak) dalam prosedur auditnya, misalnya mengacak sifat, jadwal
dan sampel pengujiannya.
3.
Auditor perlu mengasah sensivitasnya akan hal-hal yang sifatnya tidak lazim yang boleh jadi merupakan indikasi akan
terjadinya fraud. Misalnya memeriksa manual
journal entry, auditor melihat adanya angka yang secara ganjil jumlahnya bulat;
sewaktu dicek lebih lanjut ternyata benar bahwa angka tersebut merupakan angka
yang dimarkup dengan cara dibulatkan ke atas.
4.
Dalam menjalankan jasa profesionalnya, auditor perlu menerapkan praktik -praktik
manajemen risiko secara lebih baik. Sebagai contoh, auditor akan melakukan
penilaian, berdasarkan kriteria tertentu, atas hal-hal sebagai berikut:
(1)
apakah auditor dapat menerima suatu entitas sebagai kliennya, (2) apakah auditor
dapat melanjutkan hubungan professional dengan kliennya dari satu periode ke periode berikutnya, (3) apakah
auditor dapat menerima suatu penugasan
tertentu dari kliennya. Dengan perkataan lain, bila auditor meragukan
integritas dari manajemen suatu entitas, atau berdasarkan pengalaman entitas
tersebut rentan terhadap fraud, maka auditor dapat memutuskan untuk secara professional tidak
menerima entitas tersebut sebagai kliennya.
Pencegahan Fraud
Untuk mencegah terjadinya fraud,
mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:109), salah satu
cara yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan mengurangi peluang terjadinya
fraud dengan memperhatikan hal – hal
berikut ini:
1.
Memiliki sistem pengendalian yang baik
Berkaitan dengan pengendalian internal, Committee of Sponsoring Organizations
(COSO) mengharuskan perusahaan untuk memiliki kerangka pengendalian internal
sebagai berikut:
a. lingkungan
pengendalian yang baik
b. penilaian
resiko
c. aktivitas
pengendalian yang baik
d. arus
komunikasi dan informasi yang baik
e. pengawasan
Dari kelima unsur yang disebutkan pada kerangka
di atas, Albrecht, Albrecht, Albrecht,
dan Zimbelman (2009:110) terfokus pada:
i. Lingkungan
pengendalian, merupakan lingkungan kerja yang diciptakan atau dibentuk oleh
perusahaan bagi para karyawan. Unsur – unsur lingkungan pengendalian meliputi
hal – hal berikut:
·
Peran dan contoh manajemen
·
Komunikasi manajemen
·
Perekrutan yang tepat
·
Struktur organisasi yang jelas
·
Internal audit perusahaan yang efektif
ii. Arus
komunikasi dan informasi yang baik (sistem akuntansi), setiap fraud pasti meliputi tindakan
kecurangan, menyembunyikan kecurangan, dan konversi. Sistem akuntansi yang baik
dapat menyediakan jejak audit yang dapat membantu fraud ditemukan dan mempersulit penyembunyian. Sistem akuntansi
yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat mencakup kriteria
berikut:
·
sah
·
diotorisasi dengan benar
·
lengkap
·
diklasifikasikan dengan benar
·
dilaporkan pada periode yang benar
·
dinilai dengan benar
·
diikhtisarkan dengan benar
iii. Aktivitas
atau prosedur pengendalian, agar perilaku karyawan sesuai dengan apa yang
diinginkan perusahaan, dan membantu perusahaan dalam mencapai tujuan,
diperlukan lima prosedur pengendalian yang utama:
·
pemisahan tugas atau pengawasan ganda
·
sistem otorisasi
·
pengecekan independen
·
pengamanan fisik
·
dokumen dan pencatatan
2.
Menghambat terjadinya kolusi
3.
Mengawasi karyawan dan menyediakan
saluran telekomunikasi untuk pelaporan fraud
4.
Menciptakan gambaran hukuman yang akan
diterima bila melakukan fraud
5.
Melaksanakan pemeriksaan secara proaktif.
Sumber :
Baca Juga Berbagai Modus Kecurangan Yang Sering Dilakukan Karyawan dan Solusi Untuk Mengatasinya.
BalasHapushttp://solusipedia88.blogspot.co.id/2016/03/berbagai-modus-kecurangan-yang-sering.html
Baca Juga Berbagai Modus Kecurangan Yang Sering Dilakukan Karyawan dan Solusi Untuk Mengatasinya.
BalasHapushttp://solusipedia88.blogspot.co.id/2016/03/berbagai-modus-kecurangan-yang-sering.html