Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability
Ratio pada Bank Umum Swast Nasional Non Devisa Periode
1995-2005
Penulis : Luciana Spica Almilia, Nanang Shonhadji, Angraini
Vol : 11, No 1
Tahun terbit : 2009
A.Latar Belakang Masalah
Sejak
krisis melanda perekonomian nasional, berbagai tindakan telah dilakukan bersama
oleh pemerintah dan bank Indonesia, dalam rangka pemulihan kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan, namun kinerja perbankan belum sepenuhnya kembali
sebagaimana kondisi sebelum krisis. Sehingga kondisi perbankan di Indonesia
setelah krisis keuangan, masih menunjukkan terdapatnya bank-bank yang belum dapat memenuhi ketentuan solvabilitas, permodalan
likuiditas, profitabilitas maupun standar kepatuhan sebagaimana ditetapkan Bank
Indonesia (Sri Haryati, 2006).
Berbagai
kebijakan Bank Indonesia yang ditetapkan setelah krisis, semuanya bertujuan agar
perbankan Indonesia tetap viable dalam menghadapi segala goncangan internal
maupun eksternal. Kesehatan maupun kondisi keuangan dan non keuangan bank
merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen)
bank, dan masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan
bank, serta pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh
pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko
(Sri Haryati, 2006).
B.Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang telah dijabarkan, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR),Non Performing
Loan (NPL),Return on Assets (ROA), Rasio Efisiensi (BOPO), Loan to Deposit
Ratio (LDR) dan sensitifitas bank terhadap variable makro ekonomi (money
supply, indeks harga konsumen umum, dan tingkat suku bunga SBI) dapat digunakan
untuk memprediksi financial Sustainability ratio pada Bank Umum Swasta Nasional
Non Devisa Periode 1995 - 2005?
C.Tujuan Penelitian
Penelitian
ini betujuan untuk menguji konsistensi model prediksi kinerja keuangan pada
Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 1995-2005.Agar mendapatkan
keuntungan yang tinggi, bank harus berusaha melakukan usaha atau kegiatan yang
menunjang tingkat pertumbuhan bank tersebut. Tujuan bank untuk menghasilkan keuntungan
yang besar adalah untuk mencapai tingkat pengembalian sendiri (Soeksmono 1995:103
dalam Amalia Rizky 2004).
D.Metode Penelitian
Sampel
dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang tercantum
pada Direktori Perbankan Indonesia pada periode pasca krisis ekonomi, yaitu
tahun 1995-2005. Pengambilan sampel menggunakan cara non-probabilitas
(non-probability sampling), dimana besarnya peluang atau probabilitas elemen
populasi untuk terpilih sebagai subjek sampel tidak diketahui. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode sampel bertujuan (purposive sampling)
berdasarkan pertimbangan tertentu(judgement sampling), yaitu suatu metode pengambilan
sampling dengan maksud untuk tujuan tertentu, yaitu mendapatkan sampel yang representatif
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh sudah
dalam bentuk jadi/data yang sudah diolah.
Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah
Financial Sustainability Ratio.
2. Variabel Independen
Untuk menguji
konsistensi model prediksi kinerja keuangan dan konsistensi model
sensitifitas
variable makro ekonomi periode pra krisis dan pasca krisis, menggunakan
pengujian stabilitas struktural Chow Test.
Langkah
melakukan Uji Chow Test, adalah sebagai berikut:
1. Melakukan regresi dengan observasi total periode
(1995 - 2005) dan dapatkan nilai
restricted residual
sum of squaresatau RSSr (RSS4) dengan nilai df = (n1+ n2 + n3 - k) dimana k
adalah jumlah parameter yang diestimasi dalam hal ini adalah 8
2. Melakukan regresi dengan observasi periode sebelum
krisis (periode 1995-1996) dan dapatkan nilai RSS1 dengan df = (n1- k).
3. Melakukan regresi dengan observasi periode pada
saat krisis (periode 1997 -1999) dan dapatkan nilai RSS2 dengan df = (n2 - k).
4. Melakukan regresi dengan observasi periode setelah
krisis (periode 2000-2005) dan dapatkan nilai RSS3 dengan df = (n3 - k).
5. Menjumlahkan nilai RSS1, RSS2 dan RSS3 untuk
mendapatkan apa yang disebut unrestricted residual sum of squares(RSSur): RSSur
= RSS1 + RSS2 + RSS3 dengan df = (n1 + n2 + n3 –3k).
6. Menghitung nilai F test dengan rumus
7. Nilai rasio F mengikuti distribusi F dengan k
dan (n1 + n2 + n3 – 3k) sebagai df untuk
penyebut maupun
pembilang.
8. Jika nilai F hitung > F tabel, maka kita menolak
hipotesis nol dan menyimpulkan bahwa model regresi periode pra krisis, pada saat
dan model regresi pasca krisis Ekonomi memang berbeda atau dengan kata lain
bahwa model prediksi tidak memiliki konsisitensi.
E.Hasil
Berdasarkan data dari tabel 3,
menunjukkan bahwa rata-rata kinerja keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode setelah
krisis (2000-2005) lebih baik daripada rata-rata kinerja keuangan periode
sebelum krisis (1995-1996) dan saat krisis (1997-1999) yang ditunjukan dengan
persentasi rata-rata CAR periode setelah krisis lebih tinggi dari rata-rata CAR
periode sebelum krisis dan saat krisis yaitu rata-rata CAR setelah krisis sebesar
36,27%, periode sebelum krisis sebesar 28,47%, dan saat krisis sebesar 28,71%,
karena semakin tinggi ratarata CAR menggambarkan bahwa bank tersebut mempunyai
tingkat kecukupan modal untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
risiko semakin tinggi sehingga kemampuan bank untuk terus going concernsemakin
tinggi.
Tabel 3. Rata-Rata Variabel CAR, NPL, ROA, BOPO dan LDR
Tabel 3. Rata-Rata Variabel CAR, NPL, ROA, BOPO dan LDR
Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai
NPL dan ROA. Nilai NPL periode sebelum krisis lebih rendah dari rata-rata NPL
periode saat krisis dan setelah krisis yaitu rata-rata NPL sebelum krisis
sebesar 1,78%, periode saat krisis sebesar 6,30%, dan setelah krisis sebesar
10,80%, karena semakin rendah rendah rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank semakin baik
sehingga kemampuan bank untuk going concernsemakin Almilia: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio
49tinggi. Nilai rata-rata ROA periode sebelum krisis lebih tinggi dari
rata-rata ROA periode saat krisis dan setelah krisis yaitu rata-rata ROA
sebelum krisis sebesar 1,63%, periode saat krisis sebesar -0,51%, dan setelah
krisis sebesar 1,58%, karena semakin besar Return On Asset(ROA) suatu bank maka
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asetnya sehingga kemampuan
bank untuk terus going concern semakin tinggi.
Hasil
dari semua regresi maka didapatkan nilai residual-residual yang akan digunakan
untuk menghitung nilai F hitung. Pada regresi sebelum krisis didapatkan nilai
residual yaitu 2.727,333; regresi saat krisis didapatkan nilai residual yaitu 21.824,063;
regresi setelah krisis didapatkan nilai residual 635.205,8 yang kemudian
dijumlahkan menjadi nilai RSSur (unrestricted residual sum of squares) sebesar
659.757,196; Hasil residual regresi seluruh periode adalah yang disebut dengan
RSSr (restricted residual sum of squares) sebesar 697.831,043 Hasil dari RSSr
dikurangi dengan hasil dari RSSur dan dibagi dengan k, dimana k sama dengan
jumlah variabel independent yang diujikan yaitu 8. Kemudian dibagi dengan hasil
pembagian RSSur dengan 284 dari nilai (n1+n2+n3-3k). Dengan demikian didapatkan
nilai F hitung sebesar 2,05 dan dari F tabel dengan df = 8 dan 284 tingkat
signifikan 0,05 didapatkan F tabel sebesar 1,98; Nilai F hitung dibandingkan
dengan F tabel, maka didapatkan nilai F hitung > F tabel.
Hasil pengujian
regresi pada periode pra krisis, krisis, dan pasca krisis seperti yang diringkas
pada tabel 5 menunjukkan bahwa dari kedelapan variabel dependen memiliki
tingkat signifikansi yang bervariasi selama periode pra krisis (1995 – 1995),
krisis (1997 – 1999), pasca krisis (2000 – 2005) dan keseluruhan tahun (1995 –
2005). Pada periode pra krisis (1995 – 1996) menunjukkan bahwa variabel NPL,
ROA dan Sensitifitas terhadap M2 adalah variabel yang berpengaruh pada Financial
Sustainability Ratio.Pada periode krisis (1997 – 1999) menunjukkan bahwa variabel
NPL, BOPO dan Sensitifitas terhadap M2 dan SBI adalah variabel yang berpengaruh
pada Financial Sustainability Ratio.Pada periode pasca krisis (2000 – 2005) menunjukkan
bahwa hanya variabel LDR adalah variabel yang berpengaruh pada Financial Sustainability Ratio.
F.Kesimpulan
Tujuan
penelitian ini untuk menguji konsistensi model prediksi kinerja keuangan pada Bank
Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 1995-2005. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan Bank Umum Swasta
Nasional Non Devisa yang diproksikan melalui Financial Sustainability Ratio (FSR)
dan yang digunakan sebagai variabel independen terdiri dari rasio keuangan bank
yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets
(ROA),Rasio Efisiensi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan sensitifitas bank
terhadap faktor makro ekonomi yaitu (money supply, indeks harga konsumen umum,
dan tingkat suku bunga SBI). Sampel yang terpilih dalam penelitian ini dengan
metode purposive samplingberjumlah 28 bank umum swasta nasional non devisa yang
terdaftar di direktori Bank Indonesia selama tahun 1995-2005.
Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan menggunakan
metode stepwise. Pada hasil pengujian konsistensi model prediksi kinerja
keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 1995-2005 dengan
menggunakan pengujian Uji Chow Test. Hasil Uji Chow Test didapatkan nilai F
hitung sebesar 2,05 dan dari F tabel dengan df = 8 dan 284 tingkat signifikan
0,05 maka didapatkan F tabel sebesar 1,98; Nilai F hitung dibandingkan dengan F
tabel, maka didapatkan nilai F hitung > F tabel. Dapat disimpulkan
bahwa krisis ekonomi di Indonesia mempengaruhi stabilitas model regresi. Sehingga penelitian ini menyimpulkan bahwa model prediksi kinerja keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa tidak konsisten pada periode 1995-2005.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar